Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa. TEMPO/Imam Sukamto |
Aku-Sang-Pencerah - Jakarta : Pemerintah Indonesia menjajaki kerjasama di bidang pangan dan energi dengan Republik Tatarstan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan tertarik untuk kerjasama di bidang energi terutama pada sektor minyak bumi. Republik Tatarstan adalah negara bagian penghasil minyak cukup besar di Federasi Rusia.
"Rusia penghasil minyak, dengan Tatarstan sebagai penghasil minyak yang besar. Jadi kita bisa saja kerjasama dalam energy security," kata Hatta saat jumpa pers seusai menerima Presiden Republik Tatarstan, Rustam Nuegalievich Minnikhanov, di kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2013.
Selain itu, kerjasama juga akan meliputi Islamic Banking, halal food, riset, smart city, transportasi, dan teknologi. Hatta menyatakan Republik Tatarstan cukup tertarik untuk kerjasama mengenai produk halal Indonesia. "Tatarstan cukup tertarik dengan produk halal Indonesia karena tuntutan meningkat, bukan hanya muslim, tapi juga non muslim," katanya.
Hatta menambahkan kerjasama di bidang pangan akan ditingkatkan pada produk gandum, karena kebutuhan gandum di Indonesia amat besar. Adapun Indonesia, akan menawarkan beberapa sektor pangan seperti sawit, kakao, kopi. "Kita juga akan meningkatkan kerjasama riset dengan pertukaran pendidikan."
Selain itu, kerjasama juga akan meliputi bidang manufaktur dan industri militer. Menurut Hatta, perkembangan industri manufaktur di Indonesia berkembang cukup pesat dan Rusia mempunyai teknologi yang cukup bagus. "Untuk industri militer kita punya PT DI, bagaimana ini dikembangkan untuk memperkuat kemampuan militer dalam negeri," katanya.
Pertemuan Hatta dengan delegasi Republik Tatarstan merupakan pertemuan pertama dalam sejarah hubungan bilateral kedua negara. Pertemuan berikutnya akan diadakan di Tatarstan.
Hatta menyatakan, secara umum total perdagangan Indonesia dengan Federasi Rusia telah meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir. Pada 2008, nilainya hanya US$ 1,66 miliar dan kini menjadi US$ 3,37 miliar pada 2012. Neraca perdagangan kedua negara juga meningkat signifikan, dari US$ 900 juta menjadi US$ 1,64 miliar. "Peningkatan ini dipicu oleh naiknya impor non-minyak dan gas kedua negara dari US$1,24 miliar menjadi US$1,78 miliar pada periode yang sama," kata Hatta.
Sementara itu, Presiden Republik Tatarstan, Rustam Nuegalievich Minnikhanov mengaku sangat berminat untuk menjalin bekerjasama dengan Indonesia. Menurut dia, pertemuan Komisi Kerjasama Indonesia-Federasi Rusia yang akan digelar pada Mei 2013 depan di Tatarstan akan menjadi fondasi kuat bagi hubungan kedua negara.
"Indonesia hari ini merupakan negara yang ekonominya maju cepat. Saya ingin sampaikan harapan pada pimpinan Indonesia dan warga Indonesia supaya lebih makmur, sejahtera, dan berkembang," katanya.
"Rusia penghasil minyak, dengan Tatarstan sebagai penghasil minyak yang besar. Jadi kita bisa saja kerjasama dalam energy security," kata Hatta saat jumpa pers seusai menerima Presiden Republik Tatarstan, Rustam Nuegalievich Minnikhanov, di kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2013.
Selain itu, kerjasama juga akan meliputi Islamic Banking, halal food, riset, smart city, transportasi, dan teknologi. Hatta menyatakan Republik Tatarstan cukup tertarik untuk kerjasama mengenai produk halal Indonesia. "Tatarstan cukup tertarik dengan produk halal Indonesia karena tuntutan meningkat, bukan hanya muslim, tapi juga non muslim," katanya.
Hatta menambahkan kerjasama di bidang pangan akan ditingkatkan pada produk gandum, karena kebutuhan gandum di Indonesia amat besar. Adapun Indonesia, akan menawarkan beberapa sektor pangan seperti sawit, kakao, kopi. "Kita juga akan meningkatkan kerjasama riset dengan pertukaran pendidikan."
Selain itu, kerjasama juga akan meliputi bidang manufaktur dan industri militer. Menurut Hatta, perkembangan industri manufaktur di Indonesia berkembang cukup pesat dan Rusia mempunyai teknologi yang cukup bagus. "Untuk industri militer kita punya PT DI, bagaimana ini dikembangkan untuk memperkuat kemampuan militer dalam negeri," katanya.
Pertemuan Hatta dengan delegasi Republik Tatarstan merupakan pertemuan pertama dalam sejarah hubungan bilateral kedua negara. Pertemuan berikutnya akan diadakan di Tatarstan.
Hatta menyatakan, secara umum total perdagangan Indonesia dengan Federasi Rusia telah meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir. Pada 2008, nilainya hanya US$ 1,66 miliar dan kini menjadi US$ 3,37 miliar pada 2012. Neraca perdagangan kedua negara juga meningkat signifikan, dari US$ 900 juta menjadi US$ 1,64 miliar. "Peningkatan ini dipicu oleh naiknya impor non-minyak dan gas kedua negara dari US$1,24 miliar menjadi US$1,78 miliar pada periode yang sama," kata Hatta.
Sementara itu, Presiden Republik Tatarstan, Rustam Nuegalievich Minnikhanov mengaku sangat berminat untuk menjalin bekerjasama dengan Indonesia. Menurut dia, pertemuan Komisi Kerjasama Indonesia-Federasi Rusia yang akan digelar pada Mei 2013 depan di Tatarstan akan menjadi fondasi kuat bagi hubungan kedua negara.
"Indonesia hari ini merupakan negara yang ekonominya maju cepat. Saya ingin sampaikan harapan pada pimpinan Indonesia dan warga Indonesia supaya lebih makmur, sejahtera, dan berkembang," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar