Suasana di kota Homs, Suriah
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Para diplomat penting Amerika Serikat dan Rusia pada Jumat gagal mengatasi perbedaan-perbedaan mereka mengenai masa depan Suriah, hanya beberapa jam sebelum perundingan multi-negara diselenggarakan di Jenewa.
Setelah pertemuan hampir tiga jam di Saint Petersburg Rusia Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan sejawatnya dari Rusia Sergei Lavrov hanya menunjukkan secercah harapan bagi tercapainya satu kesepakatan untuk membantu menghentikan pertumpahan darah di negara itu.
Seorang pejabat senior AS yang mengutarakan tentang suasana pertemuan itu mengatakan masih ada bidang-bidang "kesulitan dan perbedaan" antara Rusia dan AS menyangkut masa depan politik negara yang luluh lantak akbat perang itu.
Kedua negara sepakat melanjutkan perundinga di Jenewa Sabtu di mana mereka akan bergabung dengan anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan sejumlah negara kawasan itu.
"Selain menghargai (utusan perdamaian internasional) Kofi Annan, mereka sepakat kita semua ke Jenewa besok untuk berusaha membuat satu keberhasilan," kata diplomat AS itu.
Hillary mengancam akan memboikot pertemuan itu jika Rusia tidak setuju dengan rencana Annan bagi transisi politik, yang termasuk desakan kepada Presiden Bashar al-Assad dan pemerintahnya diganti oleh pemerintah persatuan nasional.
Menyangkut ancaman AS itu, Lavrov menyatakan optimisme bahwa perundingan Sabtu dapat menimbulkan satu perubahan bagi terwujudnya perdamaian setelah 16 bulan perang di negara itu.
Diplomat penting Rusia itu mengatakan ia kini "menemukan satu perubahan" dalam pendekatan Washington. "Tidak ada ultimatum-ultimatum.Tidak ada satu katapun yang mengataka tentang dokumen yang kini sedang dibahas di Jenewa disinggung."
"Saya yakin bahwa kami telah memiliki satu peluang baik besok di Jenewa untuk menemukan satu sikap bersama dan bergerak maju," katanya kepada wartawan.
Rusia--sekutu lama Suriah -- menegaskan bahwa negara-negara asing jangan mendikte syarat-syarat kepada Suriah dan memeberikan sekutunya senjata-senjata.
Wakil Menlu Rusia Gennady Gatilov Sabtu subuh menyatakan para ahli di Jenewa sejauh ini gagal menyepakati isi dari satu dokumen akhir mengenai Suriah karena "mitra-mitra Barat ingin memutuskan proses politik mereka sendiri."
Utusan PBB-Liga Arab Kofi Annan mengataan "negara-negara luar" telah mendorong aksi kekerasan di Suriah sementara ia mengeluarkan satu usulan baru bagi pemerintah persatuan nasional menjelang pertemuan internasional itu menyangut konflik di Suriah itu, Sabtu.
Setelah pertemuan hampir tiga jam di Saint Petersburg Rusia Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan sejawatnya dari Rusia Sergei Lavrov hanya menunjukkan secercah harapan bagi tercapainya satu kesepakatan untuk membantu menghentikan pertumpahan darah di negara itu.
Seorang pejabat senior AS yang mengutarakan tentang suasana pertemuan itu mengatakan masih ada bidang-bidang "kesulitan dan perbedaan" antara Rusia dan AS menyangkut masa depan politik negara yang luluh lantak akbat perang itu.
Kedua negara sepakat melanjutkan perundinga di Jenewa Sabtu di mana mereka akan bergabung dengan anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan sejumlah negara kawasan itu.
"Selain menghargai (utusan perdamaian internasional) Kofi Annan, mereka sepakat kita semua ke Jenewa besok untuk berusaha membuat satu keberhasilan," kata diplomat AS itu.
Hillary mengancam akan memboikot pertemuan itu jika Rusia tidak setuju dengan rencana Annan bagi transisi politik, yang termasuk desakan kepada Presiden Bashar al-Assad dan pemerintahnya diganti oleh pemerintah persatuan nasional.
Menyangkut ancaman AS itu, Lavrov menyatakan optimisme bahwa perundingan Sabtu dapat menimbulkan satu perubahan bagi terwujudnya perdamaian setelah 16 bulan perang di negara itu.
Diplomat penting Rusia itu mengatakan ia kini "menemukan satu perubahan" dalam pendekatan Washington. "Tidak ada ultimatum-ultimatum.Tidak ada satu katapun yang mengataka tentang dokumen yang kini sedang dibahas di Jenewa disinggung."
"Saya yakin bahwa kami telah memiliki satu peluang baik besok di Jenewa untuk menemukan satu sikap bersama dan bergerak maju," katanya kepada wartawan.
Rusia--sekutu lama Suriah -- menegaskan bahwa negara-negara asing jangan mendikte syarat-syarat kepada Suriah dan memeberikan sekutunya senjata-senjata.
Wakil Menlu Rusia Gennady Gatilov Sabtu subuh menyatakan para ahli di Jenewa sejauh ini gagal menyepakati isi dari satu dokumen akhir mengenai Suriah karena "mitra-mitra Barat ingin memutuskan proses politik mereka sendiri."
Utusan PBB-Liga Arab Kofi Annan mengataan "negara-negara luar" telah mendorong aksi kekerasan di Suriah sementara ia mengeluarkan satu usulan baru bagi pemerintah persatuan nasional menjelang pertemuan internasional itu menyangut konflik di Suriah itu, Sabtu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar