Petugas kepolisian menunjukkan tiga orang tersangka beserta barang
(Uckit-Sang-Pencerah) JAKARTA -- Pintu Indonesia menjadi negara narkoba semakin terbuka luas. Jumlah pecandu terus bertambah. Jumlah narkoba yang beredar terus bertambah. "Indonesia nantinya akan seperti Kolombia," jelas Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat), Henry Yosodiningrat, saat dihubungi, Senin (9/7).
Prediksinya itu didasari adanya keinginan sindikat untuk menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar terbesar peredaran gelap narkoba. Dari jumlah pecandu saja, yang saat ini mencapai 5 juta jiwa, pihaknya memrediksi tidak kurang dari 1 ton narkoba berbagai jenis lolos dan sampai ke tangan mereka. "Artinya, narkoba yang lolos ke Indonesia, masuk bebas, sampai ke konsumen dengan mudah," jelasnya.
Pihaknya menilai, Indonesia saat ini bukan hanya menjadi darurat narkoba saat ini. Lebih dari itu, Indonesia mengalami bencana narkoba. Saat ini, Henry menilai narkoba sudah seperti bencana tsunami. Narkoba mengguncang bumi Indonesia di setiap kecamatan. Narkoba menggerus setiap bangunan yang ada diatas daratan. "Semua lini dimasuki narkoba," paparnya.
Pihaknya menyatakan narkoba nantinya tidak sekedar merusak ekonomi dan membunuh bangsa. Lebih dari itu, sindikat, pengedar, bahkan kartel, sudah ada di Indonesia. Mereka nantinya mempengaruhi kepentingan politik Indonesia. Tidak menutup kemungkinan nantinya mereka akan menjadi faktor penentu dalam pemilihan presiden. "Kalau sudah sampai ke sana, maka hancurlan negara ini," imbuh Henry.
Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat angka narkoba yang lolos dari pantauan aparat bernilai triliunan rupiah. Ganja mencapai ratusan ton lolos. Ekstasi mencapai jutaan butir. Semuanya diprediksi mencapai tangan konsumen baik di dalam maupun luar negeri. Angka sebanyak itu berasal dari penghitungan jumlah perkara dan pecandu narkoba.
Prediksinya itu didasari adanya keinginan sindikat untuk menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar terbesar peredaran gelap narkoba. Dari jumlah pecandu saja, yang saat ini mencapai 5 juta jiwa, pihaknya memrediksi tidak kurang dari 1 ton narkoba berbagai jenis lolos dan sampai ke tangan mereka. "Artinya, narkoba yang lolos ke Indonesia, masuk bebas, sampai ke konsumen dengan mudah," jelasnya.
Pihaknya menilai, Indonesia saat ini bukan hanya menjadi darurat narkoba saat ini. Lebih dari itu, Indonesia mengalami bencana narkoba. Saat ini, Henry menilai narkoba sudah seperti bencana tsunami. Narkoba mengguncang bumi Indonesia di setiap kecamatan. Narkoba menggerus setiap bangunan yang ada diatas daratan. "Semua lini dimasuki narkoba," paparnya.
Pihaknya menyatakan narkoba nantinya tidak sekedar merusak ekonomi dan membunuh bangsa. Lebih dari itu, sindikat, pengedar, bahkan kartel, sudah ada di Indonesia. Mereka nantinya mempengaruhi kepentingan politik Indonesia. Tidak menutup kemungkinan nantinya mereka akan menjadi faktor penentu dalam pemilihan presiden. "Kalau sudah sampai ke sana, maka hancurlan negara ini," imbuh Henry.
Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat angka narkoba yang lolos dari pantauan aparat bernilai triliunan rupiah. Ganja mencapai ratusan ton lolos. Ekstasi mencapai jutaan butir. Semuanya diprediksi mencapai tangan konsumen baik di dalam maupun luar negeri. Angka sebanyak itu berasal dari penghitungan jumlah perkara dan pecandu narkoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar