Joko Widodo |
Aku-Sang-Pencerah - SEMARANG - Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari menilai Jokowi-Ahok terlalu miskin untuk melakukan praktik politik uang, termasuk untuk menyewa para "bodyguards" (pengawal) di setiap tempat pemungutan suara (TPS).
"Seperti banyak pihak, saya sendiri menjadi saksi bahwa kekuatan pendanaan Jokowi-Ahok (Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, red.) dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta justru dipikul bersama oleh para relawan dan pendukung," kata Eva melalui perangkat komunikasi, Senin (16/7).
Ia lantas menyebut sejumlah laporan dari para ibu dan kelompok masyarakat di Cawang dan Cakung yang ikut memberi urunan karena mereka tidak tega melihat alat-alat kampanye Jokowi-Ahok yang minim, dan berswadaya mendatangkan Jokowi-Ahok ke komunitas mereka.
Partisipasi masyarakat juga dilakukan di Tanah Merah. Di daerah itu, kata dia, para relawan urunan untuk beli kopi agar poskonya jalan. Menggenapi hal tersebut ada juga gotong royong di kalangan anggota Fraksi PDI Perjuangan yang bertugas sebagai pengampu di kecamatan-kecamatan agar mesin partai politik berjalan efektif.
"Intinya, Jokowi-Ahok terlalu miskin untuk melakukan 'money politics' (politik uang), termasuk untuk menyewa para 'bodyguards' di TPS-TPS," kata Eva yang juga anggota Komisi III (Bidangi Hukum dan Perundang-undangan, Hak Asasi Manusia, dan Keamanan) DPR RI.
Ia menilai Jokowi-Ahok adalah satu-satunya peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang dengan sengaja membentuk satuan tugas yang merupakan ekspresi antimoney politics (antipolitik uang) dan melawan praktik politik uang, baik pada tahapan persiapan maupun pada saat pencoblosan.
"Strategi inilah yang sesuai dengan 'image' dan 'track record' kandidat yang mampu menarik dukungan dari relawan dan pemilih. Jadi, aneh kalau kemudian ada tuduhan yang sebaliknya bahwa Jokowi-Ahok melakukan praktik 'money politics'," katanya menandaskan.
Dengan demikian, lanjut dia, tuduhan politik uang itu sebenarnya merupakan pelecehan dan menghina preferensi para pemilih.
Oleh sebab itu, Tim Sukses Jokowi-Ahok justru prihatin karena yang dituduh adalah para pemilih, pendukung, dan relawan yang pro Jokowi-Ahok. Apalagi mereka bertekad membangun Jakarta Baru yang bersih.
"Mereka memimpikan Jakarta Baru yang bersih sehingga memberikan perlawanan terhadap 'money politics'," demikian wakil rakyat asal Daerah Pemilihan Jawa Timur VI (Kabupaten/Kota Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten/Kota Blitar), Eva Kusuma Sundari.
Sumber : KLIK DISINI
saya melihat bahwa di indonesia cuman baru ada satu figur dari calon pimpinan yang betul-betul merakyat yaitu bapak jokowi-ahok,sederhana dan tidak banyak bicara,konsepnya simple dan mudah dipahami,tidak banyak janji tapi memberi solusi.
BalasHapus