AFP PHOTO/KIRILL KUDRYAVTSEVMenteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov
MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia menuduh negara-negara Barat menggunakan "pemerasan" untuk mendapatkan dukungan bagi sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Suriah.
"Kami menyesalkan, kami melihat ada unsur pemerasan," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam sebuah konferensi pers terkait solusi atas konflik di Suriah, di Moskwa, Senin (16/7/2012).
"Kami diminta memilih, antara menyetujui resolusi yang memasukkan Pasal 7 (Piagam PBB), atau menolak memperpanjang mandat misi pemantau (PBB)," kata Lavrov.
Pasal 7 Piagam PBB disebutkan tentang tindakan yang bisa diambil PBB dalam menghadapi ancaman terhadap perdamaian dan konflik serta bisa dilakukan secara militer.
"Kami menilai ini benar-benar sebagai pendekatan yang kontraproduktif dan berbahaya," kata Lavrov menjelang pertemuan dengan utusan PBB dan Liga Arab, Kofi Annan.
Lavrov juga menegaskan, bahwa merupakan hal yang "tidak realistis" bagi negara-negara Barat mengharapkan Rusia bisa meyakinkan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk mundur hanya karena Moskwa merupakan sekutu rezim Damaskus sejak lama.
"Kami mendengar komentar seperti "kunci dari penyelesaian Suriah terletak di Moskwa. Kemudian dijelaskan pada kami, ketika kami menanyakan tentang itu, bahwa itu berarti kami (Rusia) harus meyakinkan Assad untuk mundur atas kemauan sendiri."
"Itu sama sekali tidak realistis. Dan itu bukan soal keberpihakan, simpati, ataupun antipati kami," tegasnya.
"Dia (Assad) tidak akan meninggalkan kekuasaan. Dan ini bukan karena kami melindungi dia, melainkan karena bagian yang signifikan dari populasi Suriah berada di belakangnya," papar Lavrov.
Pekan lalu, Lavrov menerima para pemimpin oposisi Suriah di Moskwa. Namun dia menilai permintaan mereka masih "radikal" karena mereka menuntut perubahan menyeluruh rezim Assad.
"Sejauh ini kami tidak berhasil meyakinkan mereka (oposisi) pentingnya mengabaikan posisi radikal. Mereka terus mengatakan bahwa revolusi sedang berjalan."
Lavrov menegaskan bahwa negaranya tidak mendukung Assad secara pribadi, tetapi adalah hak-hak rakyat Suriah untuk menentukan nasib sendiri di bawah inisiatif perdamaian Annan.
"Saya ulangi sekali lagi - bahwa kami tidak mendukung Bashar al-Assad. Seperti yang lain, kami mendukung rencana perdamaikan Kofi Annan," tegas Lavrov.
"Kami menyesalkan, kami melihat ada unsur pemerasan," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam sebuah konferensi pers terkait solusi atas konflik di Suriah, di Moskwa, Senin (16/7/2012).
"Kami diminta memilih, antara menyetujui resolusi yang memasukkan Pasal 7 (Piagam PBB), atau menolak memperpanjang mandat misi pemantau (PBB)," kata Lavrov.
Pasal 7 Piagam PBB disebutkan tentang tindakan yang bisa diambil PBB dalam menghadapi ancaman terhadap perdamaian dan konflik serta bisa dilakukan secara militer.
"Kami menilai ini benar-benar sebagai pendekatan yang kontraproduktif dan berbahaya," kata Lavrov menjelang pertemuan dengan utusan PBB dan Liga Arab, Kofi Annan.
Lavrov juga menegaskan, bahwa merupakan hal yang "tidak realistis" bagi negara-negara Barat mengharapkan Rusia bisa meyakinkan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk mundur hanya karena Moskwa merupakan sekutu rezim Damaskus sejak lama.
"Kami mendengar komentar seperti "kunci dari penyelesaian Suriah terletak di Moskwa. Kemudian dijelaskan pada kami, ketika kami menanyakan tentang itu, bahwa itu berarti kami (Rusia) harus meyakinkan Assad untuk mundur atas kemauan sendiri."
"Itu sama sekali tidak realistis. Dan itu bukan soal keberpihakan, simpati, ataupun antipati kami," tegasnya.
"Dia (Assad) tidak akan meninggalkan kekuasaan. Dan ini bukan karena kami melindungi dia, melainkan karena bagian yang signifikan dari populasi Suriah berada di belakangnya," papar Lavrov.
Pekan lalu, Lavrov menerima para pemimpin oposisi Suriah di Moskwa. Namun dia menilai permintaan mereka masih "radikal" karena mereka menuntut perubahan menyeluruh rezim Assad.
"Sejauh ini kami tidak berhasil meyakinkan mereka (oposisi) pentingnya mengabaikan posisi radikal. Mereka terus mengatakan bahwa revolusi sedang berjalan."
Lavrov menegaskan bahwa negaranya tidak mendukung Assad secara pribadi, tetapi adalah hak-hak rakyat Suriah untuk menentukan nasib sendiri di bawah inisiatif perdamaian Annan.
"Saya ulangi sekali lagi - bahwa kami tidak mendukung Bashar al-Assad. Seperti yang lain, kami mendukung rencana perdamaikan Kofi Annan," tegas Lavrov.
Sumber :
AFP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar