Arbi Sanit
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Indonesia, Arbi Sanit memperkirakan, calon gubernur DKI Jakarta incumbent, Fauzi Bowo bakal sulit mengungguli cagub Joko Widodo di putaran kedua Pemilukada DKI Jakarta. Pasalnya, Jokowi sudah mulai melakukan gerakan untuk merangkul pasangan yang tidak lolos.
"Hari ini sudah ada pertemuan Jokowi dan Hidayat. Itu dugaannya mereka akan berkoalisi nanti. Berarti 44 + 11 jadi bisa lebih dari 50 persen," katanya kepada wartawan, Rabu (11/7).
Sementara Foke, kata Arbi, hanya bisa berharap kepada Partai Golkar. Namun, itu pun disebut Arbi tidak banyak membantu. Pasalnya, pasangan yang didukung Partai Golkar hanya mendapatkan suara sekitar lima persen pada putaran pertama.
"Dari dulu selalu begitu. Di pusat sudah seperti itu. Kalau merebut kekuasaan mereka (Demokrat-Golkar) pasti akan bekerja sama," sebut dia.
Arbi sanksi jika Foke akan merangkul Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pasalnya, hubungan Partai Demokrat tempat Foke bernaung, dengan PKS sudah seperti musuh dalam selimut. Ini mengacu pada hubungan dua parpol di sekretariat gabungan (setgab) yang tak terlalu akur.
Pun dengan suara dari calon independen yang juga diperkirakan tak akan dialihkan ke pasangan lain. "Dari independen tidak mungkin menganjurkan pemilihnya kepada partai. Kalau sampai begitu dia politikus gila. Orang siap jadi independen tidak mungkin mengajukan ke partai," papar pria kelahiran Painan, Sumatera Barat, 4 Juni 1939 silam tersebut.
Artinya, jumlah golput pada putaran kedua diperkirakan akan lebih banyak. "Golput kemungkinannya lebih banyak (pada putaran kedua), itu sudah biasa. Dulu di 2007 sudah 40 persen," pungkas pria 73 tahun itu.
"Hari ini sudah ada pertemuan Jokowi dan Hidayat. Itu dugaannya mereka akan berkoalisi nanti. Berarti 44 + 11 jadi bisa lebih dari 50 persen," katanya kepada wartawan, Rabu (11/7).
Sementara Foke, kata Arbi, hanya bisa berharap kepada Partai Golkar. Namun, itu pun disebut Arbi tidak banyak membantu. Pasalnya, pasangan yang didukung Partai Golkar hanya mendapatkan suara sekitar lima persen pada putaran pertama.
"Dari dulu selalu begitu. Di pusat sudah seperti itu. Kalau merebut kekuasaan mereka (Demokrat-Golkar) pasti akan bekerja sama," sebut dia.
Arbi sanksi jika Foke akan merangkul Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pasalnya, hubungan Partai Demokrat tempat Foke bernaung, dengan PKS sudah seperti musuh dalam selimut. Ini mengacu pada hubungan dua parpol di sekretariat gabungan (setgab) yang tak terlalu akur.
Pun dengan suara dari calon independen yang juga diperkirakan tak akan dialihkan ke pasangan lain. "Dari independen tidak mungkin menganjurkan pemilihnya kepada partai. Kalau sampai begitu dia politikus gila. Orang siap jadi independen tidak mungkin mengajukan ke partai," papar pria kelahiran Painan, Sumatera Barat, 4 Juni 1939 silam tersebut.
Artinya, jumlah golput pada putaran kedua diperkirakan akan lebih banyak. "Golput kemungkinannya lebih banyak (pada putaran kedua), itu sudah biasa. Dulu di 2007 sudah 40 persen," pungkas pria 73 tahun itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar